Cerita Sedih Warga Semarang yang Anaknya Jadi Korban Gempa Turki
Arymedia, Semarang - Warga Semarang, Rusmanto (48) hanya bisa mendoakan nasib anaknya yang jadi korban gempa dahsyat di Turki pada Senin (6/2) lalu. Dia pun menceritakan saat pertama kali mendapat kabar dari anaknya itu.
Anak Rusmanto bernama Hammam Ishthifaulloh, dia merupakan mahasiswa S1 Jurusan Ekonomi di Kahramanmaras Sutcu Imam Universitesi sekaligus Ketua PPI Kahramanmaraş. Dia pertama kali ke Turki tahun 2019.
Rusmanto bercerita bahwa sebelum kejadian itu, dia sempat mengingatkan anaknya untuk berhati-hati. Sebab ada pemberitaan yang mengabarkan terkait cuaca ekstrem di Turki.
"Awalnya saya lihat berita untuk waspada dan seterusnya karena ada cuaca ekstrem dan seterusnya, saya kasih tahu beberapa menit gitu enggak sampai satu jam terus kemudian dia tiba-tiba WA di grup keluarga minta doa, doain sambil menyebut semua anggota keluarga gitu," ujarnya saat ditemui di rumahnya, Perumahan Griya Klipang Asri II, Tembalang, Semarang, Rabu (8/2/2023).
Kabar yang diberikan Hammam hanya sepotong, dikabarkan pada Senin (6/2) menjelang sekitar pukul 05.00 WIB. Rusmanto sempat mengira bahwa kabar itu berkaitan dengan tautan yang dikirimnya.
Saat itu belum ada kabar Turki dilanda gempa dahsyat. Rusmanto menyebut anaknya sudah mendapat firasat sebelum gempa besar terjadi.
"Ternyata itu dia lagi panik jadi enggak bisa melanjutkan lagi terus kemudian dia baru mengabarkan ada gempa besar dan seterusnya," kata Rusmanto.
"Jadi dia masih di kamarnya sudah punya firasat karena gempa-gempa kecil masih ada gitu, baru gempa besar dia keluar," katanya.
Hammam belum bisa memberi banyak kabar kepada orang tuanya. Hammam mengabarkan bahwa dia harus menghemat baterai ponselnya sehingga tak bisa bercerita banyak saat itu.
Kondisi Hammam di Turki
Ponselnya juga sempat mati dan kabar kepada keluarga sempat terputus cukup lama. Setelah ditunggu-tunggu, Hammam akhirnya menelepon di hari berikutnya sekitar pukul 01.30 WIB.
"'Iya ini kita ada di penampungan gitu,' mengabarkan kondisinya. Terus kita doakan, kita beri motivasi kuat, sabar gitu aja," ujarnya.
Lagi-lagi, keterbatasan membuat Rusmanto tak bisa berbicara banyak dengan anaknya. Hingga kini, Anaknya belum bisa melakukan panggilan video dengannya.
Apartemen anaknya runtuh, tak banyak barang yang bisa diselamatkan. Rusmanto menyebut anaknya sempat berada dalam kondisi sangat memprihatinkan.
"Selasa dini hari dia telepon, di sana kan malam ya, dia nge-share kondisinya dingin bikin api unggun dan sebagainya. Ya saling memotivasi dengan temannya gitu agar kuat, karena makanan sudah habis kondisi dingin," katanya.
"Dia sempat juga makan juga ngambil di toko-toko gitu, mau beli juga nggak megang duit, begitu lihat orang ngambil dia ikut, menjarah yang dalam tanda kutip dibolehkan katanya gitu," ujar Rusmanto.
Baru hari ini anaknya mengabarkan bahwa kondisi mulai normal. Rusmanto juga cukup senang bisa melihat anaknya dari stasiun televisi.
"Senang itu begitu dia ngasih tahu sudah mulai normal, ini mau diwawancarai oleh stasiun TV, itu baru kita sudah lihat wajahnya. Dia kemarin video call nggak mau karena baterainya," ujarnya.
Harapan Rusmanto
Rusmanto menceritakan bahwa sudah ada pihak KBRI yang memberikan kabar mahasiswa di Turki kepada para orang tua. Dia pun masih menunggu petunjuk lanjutan dari KBRI.
Dia berharap akan segera ada kejelasan terkait kelanjutan kuliah anaknya. Termasuk kejelasan terkait dokumen-dokumen penting yang hilang tertimpa reruntuhan.
"Menunggu kepastiannya bagaimana, kuliahnya bagaimana kelanjutannya, terus kebijakan dari KBRI terkait dengan otoritasnya bagaimana kan pasti ini recovery-nya kebayang kan, yang Aceh aja kaya gitu, pasti kan mengganggu perkuliahannya, harus ada kepastiannya gitu aja udah termasuk yang kita pikirkan adalah dokumen-dokumen pentingnya itu," katanya.
Dia juga berharap anaknya bisa kuat. Rusmanto pun berharap anaknya bisa saling memberi motivasi dengan rekan-rekannya yang saat ini ada di pengungsian.
"Iya saya berkali-kali bilang untuk tetap sabar, kuat, ikutin terus petunjuk dari KBRI, komunikasi terus bersama teman-temannya, saling memberikan dukungan memberikan motivasi," pungkasnya.
Sumber: Kunjungi ➡️
Berita
Gempa Bumi Turki
Peristiwa
Anak Rusmanto bernama Hammam Ishthifaulloh, dia merupakan mahasiswa S1 Jurusan Ekonomi di Kahramanmaras Sutcu Imam Universitesi sekaligus Ketua PPI Kahramanmaraş. Dia pertama kali ke Turki tahun 2019.
"Awalnya saya lihat berita untuk waspada dan seterusnya karena ada cuaca ekstrem dan seterusnya, saya kasih tahu beberapa menit gitu enggak sampai satu jam terus kemudian dia tiba-tiba WA di grup keluarga minta doa, doain sambil menyebut semua anggota keluarga gitu," ujarnya saat ditemui di rumahnya, Perumahan Griya Klipang Asri II, Tembalang, Semarang, Rabu (8/2/2023).
Kabar yang diberikan Hammam hanya sepotong, dikabarkan pada Senin (6/2) menjelang sekitar pukul 05.00 WIB. Rusmanto sempat mengira bahwa kabar itu berkaitan dengan tautan yang dikirimnya.
Saat itu belum ada kabar Turki dilanda gempa dahsyat. Rusmanto menyebut anaknya sudah mendapat firasat sebelum gempa besar terjadi.
"Ternyata itu dia lagi panik jadi enggak bisa melanjutkan lagi terus kemudian dia baru mengabarkan ada gempa besar dan seterusnya," kata Rusmanto.
"Jadi dia masih di kamarnya sudah punya firasat karena gempa-gempa kecil masih ada gitu, baru gempa besar dia keluar," katanya.
Hammam belum bisa memberi banyak kabar kepada orang tuanya. Hammam mengabarkan bahwa dia harus menghemat baterai ponselnya sehingga tak bisa bercerita banyak saat itu.
Kondisi Hammam di Turki
Ponselnya juga sempat mati dan kabar kepada keluarga sempat terputus cukup lama. Setelah ditunggu-tunggu, Hammam akhirnya menelepon di hari berikutnya sekitar pukul 01.30 WIB.
"'Iya ini kita ada di penampungan gitu,' mengabarkan kondisinya. Terus kita doakan, kita beri motivasi kuat, sabar gitu aja," ujarnya.
Lagi-lagi, keterbatasan membuat Rusmanto tak bisa berbicara banyak dengan anaknya. Hingga kini, Anaknya belum bisa melakukan panggilan video dengannya.
Apartemen anaknya runtuh, tak banyak barang yang bisa diselamatkan. Rusmanto menyebut anaknya sempat berada dalam kondisi sangat memprihatinkan.
"Selasa dini hari dia telepon, di sana kan malam ya, dia nge-share kondisinya dingin bikin api unggun dan sebagainya. Ya saling memotivasi dengan temannya gitu agar kuat, karena makanan sudah habis kondisi dingin," katanya.
"Dia sempat juga makan juga ngambil di toko-toko gitu, mau beli juga nggak megang duit, begitu lihat orang ngambil dia ikut, menjarah yang dalam tanda kutip dibolehkan katanya gitu," ujar Rusmanto.
Baru hari ini anaknya mengabarkan bahwa kondisi mulai normal. Rusmanto juga cukup senang bisa melihat anaknya dari stasiun televisi.
"Senang itu begitu dia ngasih tahu sudah mulai normal, ini mau diwawancarai oleh stasiun TV, itu baru kita sudah lihat wajahnya. Dia kemarin video call nggak mau karena baterainya," ujarnya.
Harapan Rusmanto
Rusmanto menceritakan bahwa sudah ada pihak KBRI yang memberikan kabar mahasiswa di Turki kepada para orang tua. Dia pun masih menunggu petunjuk lanjutan dari KBRI.
Dia berharap akan segera ada kejelasan terkait kelanjutan kuliah anaknya. Termasuk kejelasan terkait dokumen-dokumen penting yang hilang tertimpa reruntuhan.
"Menunggu kepastiannya bagaimana, kuliahnya bagaimana kelanjutannya, terus kebijakan dari KBRI terkait dengan otoritasnya bagaimana kan pasti ini recovery-nya kebayang kan, yang Aceh aja kaya gitu, pasti kan mengganggu perkuliahannya, harus ada kepastiannya gitu aja udah termasuk yang kita pikirkan adalah dokumen-dokumen pentingnya itu," katanya.
Dia juga berharap anaknya bisa kuat. Rusmanto pun berharap anaknya bisa saling memberi motivasi dengan rekan-rekannya yang saat ini ada di pengungsian.
"Iya saya berkali-kali bilang untuk tetap sabar, kuat, ikutin terus petunjuk dari KBRI, komunikasi terus bersama teman-temannya, saling memberikan dukungan memberikan motivasi," pungkasnya.
Sumber: Kunjungi ➡️
Baca juga
0 Response to "Cerita Sedih Warga Semarang yang Anaknya Jadi Korban Gempa Turki"
Posting Komentar